Minggu, 24 Maret 2024

# comfort food # Perjuangan

IDUL ADHA DI TANAH RANTAU


Sehabis sholat subuh, ku buka jendela kamar kosku, waktu baru menunjukkan pukul 05.00 WIB. Angin perlahan menyibak hordeng jendela kamarku, tanpa terasa udara dingin memenuhi seluruh ruangan kosku yang hanya berukuran 3 x 3. Sambil berbaring dan bermalas - malasan, aku mendengarkan suara ayam jantan yang bersahut - sahutan bersamaan dengan alunan kumandang takbir dari masjid di ujung jalan, suasana di pagi itu sungguhlah syahdu, membuat lamunan ku terbang jauh pulang ke kampung halaman.

Hari ini adalah hari raya idul adha dan aku masih disini di kamar kosku, tanpa orangtua apalagi sanak saudara. Bukan aku nggak mau pulang, tapi keadaan tidak memungkinkan untuk aku bisa pulang ke kampung halaman. Jadwal libur hari raya yang mepet, ditambah banyaknya deadline laporan tugas yang belum aku selesaikan, adalah alasan utamaku untuk tidak pulang berlebaran di kampung halaman, sekaligus ini adalah kali pertama untukku merayakan hari raya idul adha di kota perantauan.

Idul adha tahun ini sungguh jauh terasa berbeda,  meski begitu aku harus tetap merasa bersyukur karena aku masih diberi kesempatan untuk merasakan solat idul adha dengan keadaan sehat walafiat. Sambil menunggu mentari bersinar, aku menghidupkan televisi tabung 20 inchi kesayanganku. Berkali - kali aku mencoba mengganti siaran televisi tapi sayang tak juga ku temukan acara TV yang menarik, hingga akhirnya ku biarkan televisi itu menyala dan menyiarkan berita pagi tentang kabar terkini dari penjuru negeri. Sambil mendengarkan berita pagi, aku menyiapkan pakaian dan peralatan sholat yang akan dibawa nanti ketika ke masjid untuk solat idul adha.

Suasana kosan yang lenggang hening tak seramai biasanya karena sebagian dari penghuninya sudah berada di kampung halaman, tinggallah beberapa orang yang tersisa dan itu sudah termasuk aku. Kebanyakan dari mereka yang tidak pulang kampung adalah yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Ambon, bahkan dari Papua. Kebetulan teman -  teman kosku saat itu memang berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia.

Ketika sedang akan bersiap - siap untuk mandi, tiba - tiba saja handphone-ku berbunyi dan ternyata ibu menelepon

“Assallamuallaikum, udah solat subuh nak?” 

“Walaikumsalam, alhamdulillah udah bu” 

"Apa rencanamu hari ini nak? sudah masak apa?" tanya ibu kemudian,

"Ini mau mandi dulu terus siap - siap berangkat sholat" 

"Belum masak, nanti sih rencananya abis pulang baru mau masak nasi goreng, sarapan terus lanjut ngerjain laporan, tapi ntar kalau bosen paling main - main bentar ke depan sekalian jajan di minimarket depan kosan ya bu, hehehee" jawabku melanjutkan sambil cengengesan

"Yang penting hati - hati, selalu mawas diri.. Ya sudah kalau gitu sana siap - siap mandi dulu, ingat ya nanti sarapan! Jangan sampai enggak sarapan. Jaga kesehatan, makan jangan telat, sholatnya dijaga, jangan sampai lalai ya nak.. Assallamuallaikum" perintah suara ibu dari ujung telepon

"iya bu, siappp.. waallaikumsalam" jawabku sekenanya

Begitulah ibuku, dengan jadwal rutinnya, setiap pagi dan setiap hari ibu akan menelepon menanyakan agenda kegiatanku seharian apa saja, aku akan pergi dengan siapa? Dan aku kemana. Tidak pernah sekalipun ibu melewatkan hari tanpa tahu keadaan dan kabarku, juga aktivitas kegiatanku di kampus, kemudian nanti sehabis maghrib atau paling lambat sehabis isya, sebelum pergi tidur, ibu selalu akan memastikan kembali kegiatanku hari ini apakah berjalan dengan baik dan lancar atau tidak. Kalau sudah begitu, tidak tahan aku untuk tidak menceritakan kegiatanku hari itu, dari A - Z aku akan menceritakannya. Ibu adalah garda terdepan untukku dalam hal apapun, meskipun berjauhan namun tetap selalu ibu yang no 1. (Masyaallah beruntungnya aku memiliki ibu seperti dirimu, bu..)

...

Setelah mandi dan bersiap-siap, kemudian aku bergegas pergi ke masjid dengan beberapa teman untuk melaksanakan sholat idul adha bersama. Dalam perjalanan menuju masjid, suasana kali ini sungguh terasa sangat berbeda dengan hari raya idul adha di kampung halamanku, Kegiatan sholat di sini dilaksanakan di dalam masjid dan area halaman masjid. Sedangkan jika di kampung halamanku kami semua melaksanakan sholat idul adha di tanah lapangan. 

Selesai melaksanakan sholat idul adha dan mendengarkan khutbah sholat, kami pun berdiri untuk beranjak pulang kembali ke kosan. Ketika akan berjalan pulang, aku pun melihat ke arah luar area halaman masjid. Ternyata di depan jalan masjid sudah berjejer rapi beberapa hewan qurban berupa sapi dan kambing. Hewan qurban itu diikat dekat tiang dengan diberi makan rumput. Namun baru beberapa langkah kaki berjalan meninggalkan area halaman masjid, seorang ibu memanggil kami, 

"Mbak, mau kemana mbak?" 

"Pulang bu" jawab kami serempak

Sambil berjalan mendekat ke arah kami, ibu itu kembali bertanya,

"Mbak - mbak ini yang tinggal di kos bu Putu ya? Sudah dapat kupon qurban mbak?"

"Kupon? Belum bu.." hehehe jawab salah seorang temanku

"Iya bu, betul kami dari kos bu Putu" jawabku melanjutkan

lalu ibu tersebut pun meminta kami untuk menunggu sebentar. Melihat ibu tersebut pergi kami saling bertatapan dan berbisik - bisik, yang pasti kami sangat senang sekali dan tak menyangka karena akan dapat bagian kupon qurban dari masjid tempat kami ngekos, padahal kegiatan di lingkungan kos saja kami belum pernah ikut turun membantu. Ahhh.... sudahlah dasar anak kosan, paling nggak bisa emang kalau denger kata - kata "kupon" pikirannya langsung ke kupon hadiah, kupon gratis dan lain - lainnya, hahahaaa, senangnya....

Tak berselang lama, ibu tersebut kembali datang.

"Nanti daging qurbannya diantarkan ke kosan ya mbak -  mbak, di tunggu saja.. Oiya, ini ada nasi bungkus untuk sarapan" ucap ibu tersebut sambil menyerahkan kupon dan beberapa bungkus nasi.

Sambil menerima kupon dan beberapa bungkus nasi kami menjawab serempak "terimakasih bu".

Setelah berjabatan tangan dan mengucapkan terimakasih, kami pun berjalan pulang kembali ke kosan dengan penuh rasa bahagia dan syukur. Si sepanjang perjalanan pulang, senyum terus saja mengembang lebar di bibir kami semua.

Sesampainya di kosan, kami pun langsung kembali ke kamar masing - masing untuk melepas mukena dan berganti pakaian. Setelah itu, kami lalu berkumpul di ruang tengah untuk sarapan bersama. Tentu saja kami sarapan dengan nasi bungkus pemberian si ibu dari masjid tadi. Tapi ternyata di meja makan sudah tersedia beberapa menu. Sepertinya ibu penjaga kos yang mengantarkannya ke sini ketika kami sedang berada di masjid tadi. 

Tak perlu menunggu lama, kami pun langsung saja membuka tudung nasi (selama ini tudung nasi hanya menggantung di tembok tidak pernah terpakai, karena memang kami jarang masak, kalaupun masak hanya sekali makan saja). Dan sungguh betapa terkejutnya kami saat membuka tudung saji, ternyata ada opor ayam, ketupat dan sayur godog. Kami sangat terpana melihat semua lauk dan sayur yang tersaji di meja makan. 

Namun ternyata keterkejutan kami tak hanya sampai disitu, ketika kami membuka dan melihat isi nasi bungkus. kami saling bertatapan karena isi nasi bungkus itu berupa rendang daging sapi, sambal goreng krecek kentang ati ampela serta kerupuk udang. Betapa bahagia dan bersyukurnya kami semua saat itu, karena di hari raya idul adha ini meskipun kami semua sedang jauh dari orangtua dan keluarga. tapi menu makanan kami luar biasa banyak, enak dan nikmat. Betapa beruntungnya kami mendapat rezeki yang luar biasa, bukan hanya rezeki makanan tapi kami pun di kelilingi oleh orang - orang yang baik. Masyaallah tabarakaallah.

Beberapa menu makanan yang tersaji di depan ku kala itu adalah beberapa menu yang biasa dibuat / diolah ketika hari raya oleh ibuku, Comfort food / menu rumahan yang sederhana namun memiliki kekayaan cita rasa yang luar biasa. Menu - menu yang akan selalu dirindukan sejauh apapun aku pergi merantau. Ternyata benar meski aku pergi jauh dari keluarga tetap menu rumahan sang juara, menu lebaran ini mampu membuat pikiran ku terbang, melayang jauh pulang ke kampung halaman.

Tanpa disadari ketika menyuap nasi beserta dengan lauk pauk dan sayurnya, aku semakin dibuat terharu. Tak terasa, air mataku menetes tak tertahan. Menikmati semua menu makanan ini membuat aku rindu pulang, rindu ibu papa dan adikku. Opor, rendang dan sambel krecek adalah menu yang biasa diolah ketika lebaran oleh ibu saat di rumah. Namun ternyata bukan hanya aku, beberapa teman juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Tanpa terduga, emosi kami pun akhirnya meledak, kami menangis bersama, saling berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain. 

Di tanah rantau ini, kami adalah bersaudara, senasib seperjuangan. Sejak itu kami berjanji untuk akan saling menjaga dan saling menguatkan. Inilah kisah perjalanan perjuangan kami yang akan menjadi kenangan indah untuk anak cucu kelak. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar