Senin, 11 Maret 2024

# ramadhan

Mengelola Emosi (Marah) ketika sedang berpuasa

Ramadhan bulan penuh rahmat dan keberkahan, Ramadhan mengajarkan orang yang berpuasa untuk selalu menjaga hati dari segala perbuatan dan perkataan yang tidak baik. Tujuan utama berpuasa adalah membentuk manusia menjadi insan yang bertakwaKetika bulan Ramadhan kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk berpuasa, menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari hawa nafsu duniawi, salah satunya menahan emosi (marah). Menurut kamus besar bahasa Indonesia, marah adalah sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya dan sebagainya, berang, gusar, menjadi marah. 



Emosi atau Marah yang tak terkendali bisa merusak dan mengurangi pahala puasa. Sebagai manusia yang berakal kita perlu belajar untuk mengendalikan emosi terutama saat sedang menjalani puasa agar puasa kita menjadi lebih khusyuk dan bermakna, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa merupakan perisai dari perbuatan yang sia-sia dan dosa”. (HR - Muslim).

Dalam sebuah riwayat juga, Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada sahabatnya untuk tidak marah. Sebab, balasan bagi orang yang dapat menahan amarah adalah surga. 

Laa Taghdhab wa lakal Jannah Artinya ; "Janganlah marah dan bagimu surga". (HR. Al-Thabrani), dengan begitu dapat dijelaskan : Jauhilah hal-hal yang membuatmu marah atau dapat memicu kemarahanmu. 

Bahkan, disebutkan dalam sebuah riwayat, dimana artinya: Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, telah bersabda: "Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).

Maka puasa Ramadhan mempunyai peran sebagai pengontrol kestabilan emosi. Kestabilan emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang diperlihatkan dengan sikap yang sesuai harapan sosial, tidak berlebih-lebihan dalam mengekspresikan emosi serta bisa menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan psikis. dengan begitu sudah sepatutnya bila orang yang berpuasa diminta untuk selalu berusaha menjaga lidahnya, mulutnya dan telinganya dari segala perkataan dan pendengaran yang sia - sia.

Imam Nawawi dalam Kitab al Adzkar mengatakan jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika sedang berpuasa, maka katakanlah "Inni Shaaimun, Inni Shaaimun (Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa)" sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW yang di riwayatkan oleh Imam al Bukhari dan Muslim yang artinya : "Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan "Sesungguhnya aku sedang berpuasa". 

Lalu bagaimana jika sudah terlanjur emosi (marah), bagaimana cara agar kita mampu mengontrol emosi (marah) terutama saat sedang berpuasa? Sebagai makhluk sosial ataupun sebagai seorang ibu yang membersamai anak - anak tak jarang sering kali dengan sengaja atau tidak sengaja ada saja tingkah laku dari anak - anak yang memancing emosi kita. Dan begitu sempurnanya Islam, mengatur segala sesuatu nya, setiap masalah tak ada yang tanpa solusi, begitu pula untuk mengontrol emosi (marah), Berikut ini adalah anjuran yang diberikan oleh Rosulullah dalam mengontrol emosi (marah) yang bisa kita terapkan bukan hanya kepada orang dewasa tapi juga bisa di aplikasikan untuk anak - anak serta. 

  1. Mengendalikan cara bicara, selalu berusaha hindari kata - kata kasar, tarik napas dalam - dalam, lalu diam sejenak. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian marah, diamlah." Karena dengan diam, kita bisa menghindari perkataan atau perbuatan yang bisa menambah masalah atau menyakiti orang lain. 
  2. Perbanyak baca ta`awudz. Rasulullah mengajarkan cara mengendalikan amarah saat puasa dengan memperbanyak baca ta`awudz. Sebagaimana sabdanya: "Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang." (HR. Bukhari dan Muslim).
  3. Mengubah posisi. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah." (HR. Abu Dawud).
  4. Perbanyak berdzikir dan beristighfar, sambil memikirkan dan merenungkan ciptaan-Nya yang luar biasa. Bayangkan juga tanda-tanda kebesaran-Nya, Nikmat-Nya, Dengan cara ini bisa membantu kita mengalihkan fokus dari emosi negatif ke emosi positif dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah SWT di setiap waktu. Mengontrol emosi (marah) kepada anak - anak kita bisa mengubah pikiran-pikiran negatif dengan pikiran positif. Misalnya ketika kita berpikir bahwa "kita TIDAK PERNAH BISA jadi orang tua yang baik", maka kita harus mengganti menjadi "kita SEDANG BELAJAR MENJADI orang tua YANG BAIK". dengan begitu diharapkan kita akan menjadi lebih jujur terhadap diri kita sendiri sehingga ada penerimaan dari hati kita terhadap rasa emosi (marah) bahwa bukan hanya anak - anak lah yang sedang belajar terhadap kontrol emosi tapi kita sebagai orangtua sebenarnya pun juga sedang belajar mengontrol emosi (marah) jadi ibarat sebuah kata, "sedang sama - sama belajar" Maka bila salah atau belum sempurna adalah suatu hal yang lumrah dan wajar sekali. 
  5. Berwudhu, Katanya Marah itu datangnya dari setan. Dan kita tahu bahwa setan itu terbuat dari api. Jadi, jika ingin meredam amarah yang terbuat dari api, maka berwudulah. Cara ini terbilang ampuh untuk meredam gejolak emosi kemarahan yang menguasai diri. Rasulullah saw bersabda,“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudu." (H.R. Ahmad dan Abu Daud).

Semoga puasa ramadhan tahun ini menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang saleh dan mampu mengendalikan emosi (amarah), sehingga kita mendapatkan predikat puasa yang sempurna dan termasuk ke dalam insan yang bertakwa. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar